Jakarta (ANTARA) - Surabaya merupakan ibukota dari provinsi Jawa Timur, yang dikenal sebagai “Kota Pahlawan”, sebuah julukan yang mengandung sejarah panjang tentang keberanian dan semangat juang warganya dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Nama Surabaya berasal dari kata “Sura” yang memiliki arti berani dan “baya” berarti bahaya. Filosofis Surabaya dapat diartikan secara harfiah yang berarti berani menghadapi bahaya. Julukan ini bukan tanpa alasan, sebab Surabaya menjadi saksi dari salah satu peristiwa paling heroik dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia.
Surabaya memiliki lambang ikonis yang menjadi ciri khasnya yaitu ikan hiu dan buaya. Dari segi hal ini mencerminkan perjuangan antara air dan darat, dengan menggambarkan pertempuran tersebut dalam mempertahankan wilayah.
Setiap tanggal 10 November selalu diperingati sebagai Hari Pahlawan dengan tujuan untuk mengenang heroik masyarakat Surabaya pada pertempuran besar untuk membela Tanah Air.
Dari peristiwa itulah Surabaya dikenal sebagai “Kota Pahlawan” karena telah berjuang mati-matian dalam mempertahankan kedaulatan Indonesia dari para penjajah.
Lalu bagaimana awal mula Surabaya disebut sebagai Kota Pahlawan? Berikut ini terkait sejarah singkatnya.
Awal mula Surabaya disebut "Kota Pahlawan"
Kebangkitan Surabaya sebagai Kota Pahlawan dimulai pada masa perjuangan kemerdekaan, terutama setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945.
Ketika sekutu, termasuk tentara Belanda yang ingin kembali menguasai Indonesia, tiba di Surabaya pada akhir Oktober 1945, para pemuda dan rakyat Surabaya dengan gagah berani mempertahankan kota mereka dari pendudukan kembali.
Peristiwa pertempuran besar diawali oleh tindakan Inggris yang mengingkari kesepakatan dalam perjanjian sebelum memasuki Kota Surabaya, serta mengabaikan isi perjanjian tersebut.
Sikap penjajah yang melanggar dan mulai menduduki tempat-tempat penting di Surabaya semakin memicu kemarahan seluruh masyarakat.
Ditambah pada saat itu, Inggris sudah semena-mena mengambil alih beberapa tempat seperti Pelabuhan Tanjung Perak, Gedung Pemerintahan dan Kantor Pos. Tak hanya itu saja, Inggris telah mengambil kekuasaan gubernur Surabaya.
Masyarakat Surabaya sudah mengetahui tujuan Inggris yaitu kembali menjajah Indonesia. Peristiwa yang terjadi tiga bulan setelah kemerdekaan Indonesia, membuat Inggris tiada hentinya untuk menguasai Indonesia. Sehingga peristiwa ini menimbulkan bentrokan antara milisi Indonesia dengan tentara Inggris di pusat Surabaya.
Karena peristiwa itulah pemimpin Inggris di Jawa Timur yaitu Brigadir Jendral Aulbertin Walter Sothern Mallaby terbunuh dan memerintahkan sebanyak 24.000 pasukan atas perintah Letjen Philip untuk mengepung Surabaya.
Ditanggal 9 November, Inggris telah mengeluarkan ultimatum untuk milisi Indonesia menyerah.
Pertempuran pun semakin sengit dan tidak membuat warga Surabaya dan milisi Indonesia patah semangat dan di tanggal 10 November yang dipimpin oleh Bung Tomo memberikan semangat kepada semua untuk terus berjuang menghadapi penjajah Inggris.
Aksi ini merupakan peristiwa paling berdarah bagi Indonesia karena telah menewaskan 20.000 tentara dan rakyat Indonesia dalam pertempuran. Sekaligus secara bersamaan membuat pusat Kota Surabaya menjadi hancur oleh bom serta mengharuskan 150.000 warga Surabaya untuk mengungsi.
Dari pertempuran ini menunjukkan betapa gigihnya warga Surabaya dan bangsa Indonesia demi mempertahankan kedaulatan. Peristiwa ini kemudian dikenang sebagai “Hari Pahlawan” dan tanggal 10 November diperingati setiap tahunnya, sebagai hari untuk mengenang jasa para pahlawan yang gugur dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Baca juga: Asal-usul sejarah Hari Pahlawan 10 November 1945 dan tujuannya
Baca juga: Sejarah dan resep Soto Ambengan, kuliner autentik khas Surabaya
Pewarta: Sean Anggiatheda Sitorus
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2024