Andai Manchester United Kalah Derby

Liputan6.com, Jakarta Derby Manchester selalu punya cerita tersendiri, bahkan ketika kedua tim sama-sama tidak dalam kondisi terbaik. Pekan ini, perhatian tertuju pada Etihad Stadium, tempat Manchester City yang sedang terpuruk di peringkat ke-13 klasemen Liga Inggris menjamu Manchester United yang berada di posisi kesembilan. Situasi kedua tim membuat laga ini terasa lebih krusial dibanding derby-derby sebelumnya.

Bagi Manchester United, potensi kekalahan tidak hanya berarti kehilangan tiga poin. Lebih dari itu, dampaknya bisa berlipat ganda—mulai dari sisi psikologis, tekanan dari fans, hingga ketidakpastian di level manajemen. Satu hasil negatif saja bisa memengaruhi arah klub untuk jangka panjang.

Manchester City sendiri memang sedang tidak stabil, dengan masalah cedera pemain kunci dan dua kekalahan beruntun. Namun, justru itulah yang membuat MU harus ekstra waspada. Kekalahan di derby akan memberi ruang bagi City untuk bangkit, sekaligus menjerumuskan MU ke pusaran masalah yang lebih dalam.

Kekalahan dalam derby bisa menjadi pukulan telak bagi mental pemain MU. Situasi ini sering memicu rasa frustrasi yang berujung pada penurunan motivasi. Jika mental para pemain terguncang, kualitas latihan bisa menurun, begitu pula kesiapan menghadapi laga-laga berikutnya.

Tekanan mental di laga besar memang selalu hadir, apalagi dalam derby yang sarat gengsi. Kesalahan kecil bisa dihukum mahal, dan itu menuntut para pemain untuk benar-benar tangguh secara psikologis. Tanpa ketahanan mental, risiko terjerumus ke performa yang lebih buruk semakin besar.

Manchester United dikenal punya basis penggemar yang vokal dengan ekspektasi tinggi. Kekalahan dari Manchester City dalam situasi performa tidak konsisten hanya akan menambah gelombang kritik. Fans bisa semakin kehilangan kesabaran, menciptakan atmosfer yang lebih toksik baik di stadion maupun media sosial.

Kondisi di klasemen pun menjadi faktor penting. Jika kalah, posisi MU akan disalip City. Erling Haaland bahkan menilai bahwa derby ini adalah momen tepat bagi City untuk bangkit setelah awal musim yang buruk. Artinya, rival sekota mereka tidak akan memberi ampun.

Mantan pemain Arsenal, Paul Merson, menegaskan bahwa laga ini bisa menjadi penentu arah bagi kedua tim usai jeda internasional. Kekalahan akan memperpanjang catatan negatif MU dan memberikan keunggulan psikologis kepada City. Situasi seperti ini jelas akan memperburuk tekanan di tubuh MU.

Manajer Ruben Amorim sudah berada dalam tekanan sejak awal musim yang tidak sesuai harapan. Meski sempat meraih kemenangan dramatis atas Burnley, posisinya masih jauh dari kata aman. Kekalahan derby bisa mempercepat pembicaraan soal penggantinya, mengingat manajemen dikabarkan sudah menyiapkan opsi alternatif.

Dalam sepak bola modern, kemenangan adalah satu-satunya tolok ukur. Kekalahan di derby, apalagi jika diikuti hasil buruk lainnya, bisa membuka jalan menuju pemecatan. Hal ini tentu menciptakan ketidakstabilan di ruang ganti dan membuat para pemain semakin tertekan.

Pertanyaan soal arah klub juga akan semakin nyaring terdengar. Manchester United telah menghabiskan sekitar £800 juta (sekitar Rp16 triliun) untuk belanja pemain dalam tiga tahun terakhir, tetapi hanya menghasilkan satu trofi Piala FA. Dengan performa yang terus inkonsisten, sulit membayangkan pemain top mau bergabung. Klub yang tidak kompetitif akan kesulitan menjaga reputasi sekaligus daya tariknya di pasar transfer.