Dalam perjalanan panjang menuju Indonesia Emas 2045, bangsa ini bercita-cita menjadi negara yang bersatu, berdaulat, maju, dan berkelanjutan. Namun, mewujudkan cita-cita tersebut bukanlah perkara mudah. Tantangan global, ketidakpastian ekonomi, serta kebutuhan untuk menjaga kesinambungan fiskal membuat pemerintah pusat dan daerah harus semakin erat bersinergi.
Pemerintah daerah, sebagai ujung tombak pelayanan publik, menghadapi persoalan klasik: keterbatasan anggaran. Kondisi ini kerap membuat prioritas pembangunan harus disesuaikan, bahkan ditunda. Namun, di tengah keterbatasan justru terbuka ruang untuk berinovasi. Kolaborasi pendanaan antara pusat dan daerah, serta penguatan instrumen keuangan daerah, menjadi kunci untuk menghadirkan pelayanan publik yang lebih optimal.
Tantangan Daerah dalam Era Ketidakpastian
Ketidakpastian global, mulai dari volatilitas harga komoditas, perubahan iklim, hingga gejolak geopolitik, memengaruhi arus fiskal nasional dan daerah. Pemerintah pusat mengarahkan kebijakan fiskal ke arah yang lebih efisien dengan fokus pada proyek prioritas, termasuk pembangunan infrastruktur dasar, penguatan SDM, serta transformasi digital.
Namun, implikasi dari kebijakan nasional ini sering kali terasa di tingkat daerah. Pemerintah daerah dituntut tetap menjaga kualitas layanan publik—pendidikan, kesehatan, air bersih, transportasi, hingga keamanan pangan—meski alokasi anggaran kian ketat. Di sinilah kemampuan beradaptasi dan berinovasi daerah diuji.
Pentingnya Sinergi dan Kolaborasi
Untuk menjawab tantangan itu, kolaborasi pendanaan menjadi solusi strategis. Sinergi antara pemerintah pusat, daerah, swasta, hingga masyarakat sipil tidak lagi bersifat pilihan, melainkan sebuah keharusan. Melalui sinergi ini, keterbatasan fiskal dapat diubah menjadi peluang untuk memperkuat fondasi pelayanan publik.
Ada beberapa pola sinergi yang dapat diperkuat:
1. Optimalisasi Transfer ke Daerah (TKD): Dana transfer dari pusat ke daerah harus dimanfaatkan secara lebih efektif, dengan pengawasan dan akuntabilitas yang ketat.
2. Penguatan Pendapatan Asli Daerah (PAD): Daerah perlu menggali potensi pajak dan retribusi daerah tanpa membebani masyarakat. Inovasi digital dalam pemungutan pajak dapat meningkatkan transparansi sekaligus mengurangi kebocoran.
3. Kolaborasi dengan Sektor Swasta: Skema Public-Private Partnership (PPP) menjadi instrumen penting, terutama dalam pembangunan infrastruktur yang membutuhkan investasi besar.
4. Pemanfaatan Instrumen Keuangan Baru: Pembentukan Dana Abadi Daerah melalui mekanisme Treasury Deposit Facility dapat memperkuat keberlanjutan fiskal dan memberikan ruang bagi daerah untuk membiayai layanan publik strategis.
Inovasi sebagai Jalan Tengah
Dalam konteks keterbatasan fiskal, inovasi bukan hanya jargon, melainkan kebutuhan nyata. Beberapa daerah di Indonesia telah membuktikan bahwa inovasi mampu menjadi terobosan. Misalnya, digitalisasi layanan publik yang mengurangi biaya operasional sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan. Atau, program kolaboratif yang melibatkan masyarakat dan komunitas lokal dalam pengelolaan dana pembangunan.
Dengan inovasi, pemerintah daerah dapat mengoptimalkan sumber daya yang ada sekaligus menekan ketergantungan pada...