
Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat, mendadak jadi arena piknik pada Minggu (7/9). Sejak petang, warga berbondong-bondong datang, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, untuk melihat fenomena langka: gerhana bulan total atau Blood Moon.
Pantauan kumparan di lokasi, area depan Planetarium TIM dipenuhi pengunjung. Sejumlah teleskop tampak berjejer, disiapkan untuk mengamati jalannya gerhana yang diprediksi mulai sekitar pukul 23.00 WIB hingga puncaknya pada 01.00 WIB dini hari.
Sambil menunggu, pengunjung disuguhi talkshow seputar fenomena astronomi.
Acara ini digelar Planetarium TIM berkolaborasi dengan Dinas Kebudayaan DKI Jakarta. Suasana terasa seperti festival kecil: ada yang datang berdua dengan anaknya, ada yang rombongan keluarga, hingga teman kantor yang memanfaatkan momen langka ini.

Yang menarik, banyak anak kecil terlihat begitu bersemangat dengan dunia astronomi.
Indah dan Zaki: Piknik Malam Demi Blood Moon
Indah (41) datang bersama putranya, Zaki (9). Malam itu, justru sang anak yang paling bersemangat.
“Kamu yang jawab. Kamu yang paling ngerti,” ujar Indah sambil tersenyum ke arah Zaki.
“Blood Moon. Liat Blood Moon. Full gerhana total,” kata Zaki singkat namun antusias.

Indah mengaku, kehadiran mereka di TIM bukan rencana dirinya, melainkan inisiatif sang anak.
“Anaknya. Jadi saya dikasih tau sama teman saya kalau memang ada event ini. Terus anaknya insist buat cari tiketnya nge-war, akhirnya dapet. Tapi memang sebelumnya dia udah sering ikut acara HAAJ (Himpunan Astronomi Amatir Jakarta),” jelasnya.
Meski acara berlangsung hingga lewat tengah malam, Indah tak keberatan. “Ya nggak apa-apa. Kalau nanti dia balik jam berapa ya, izin dari sekolah aja. It’s okay,” ujarnya.
Zaki sendiri sudah siap dengan perlengkapan lengkap. “Begadang,” celetuknya.
Indah menambahkan, “Udah siap banget deh udah pake jaket. Ini udah bawa alas. Udah bawa selimut juga dia. Udah bawa snack, bawa minum, charger, powerbank.”

Bagi Zaki, astronomi adalah hobi sejak kecil. “Aku suka berarti. Tapi aku lupa (mulai kapan). Cuman karena indahnya, liatnya bagus aja kalau aku liatin. Aku cuman suka liatin aja,” katanya polos.
Pengalaman Pertama Nika
Pengunjung lain, Nika (7), datang bersama ibunya, Intan, dan keluarga besar mereka dari Tangerang. Meski usianya masih belia, Nika terlihat fasih menyebut istilah astronomi.
“Malam ini aku suka benda luar angkasa. Aku suka bulan, planet, bintang. Sama juga exoplanet,” ujarnya.
Ia sempat mencoba teleskop, meski belum melihat gerhana karena masih menunggu waktu. “Aku lihat bulan, tapi bagian teleskop yang gede belum dibuka,” kata Nika.
Bagi keluarga Nika, ini pengalaman perdana. “Baru pertama kali,” ujar Intan.
Meski acara akan berlangsung hingga dini hari, Intan memilih fleksibel. “Tergantung dia aja. Dia udah ngantuk, udah bosen, kita pulang. Jadi yang penting dia sudah ketemu segala macam,” tuturnya.
Amanda dan Diana: Nongkrong Sekaligus Menikmati Vibes
Tak hanya keluarga, ada juga anak muda yang datang bersama teman. Amanda (29) dan Diana (25) memutuskan menjadikan malam gerhana ini sebagai ajang piknik kecil.
“Ya, emang minat astronomi. Menikmati aja sih. Kayak bintang-bintang dan juga benda-benda langit lainnya,” kata Amanda.
Diana menambahkan, mereka tak terlalu ngotot untuk bisa mengintip lewat teleskop. “Paling kita sih cuman menikmati vibesnya aja ya malam ini. Jadi kalau misalnya ternyata dapet giliran, syukur. Kalau misalnya ternyata nggak, juga nggak apa-apa sih,” ujarnya.
Namun, momen ini tetap terasa spesial. “Karena ini total ya, hari ini gerhananya, jadinya Blood Moon. Dan untuk sampai ke gerhana total lagi tuh harus nunggu berapa tahun lagi kalau misalnya kelewatan ya,” jelas Diana.
Malam kian larut, namun warga masih bertahan di halaman Planetarium TIM. Dengan alas piknik, selimut, dan kudapan, mereka menanti satu momen: ketika bulan benar-benar tertutup bayangan bumi, berubah merah tembaga.