
KASUS Tuberkulosis (TBC) di Kota Semarang, Jawa Tengah, masih tinggi. Hingga saat ini masih ada 2.300 dari 3.300 penderita yang belum selesai masa pengobatan. Pemkot Semarang pun menargetkan 10 ribu orang yang menjadi sampel hingga empat bulan ke depan.
Pemantauan Media Indonesia, Senin (8/9) Pemerintah Kota Semarang mulai menggencarkan penanganan terhadap TBC yang masih menjadi tren di daerah itu. Bahkan, seluruh puskesmas dan rumah sakit bersiaga untuk melakukan pengambilan sampel sebagai upaya mewujudkan Ibu Kota Jawa Tengah zero TBC pada tahun 2028 mendatang.
Untuk melakukan langkah ini telah disiapkan tiga alat skrining di tiga puskesmas yang merupakan tertinggi dalam kasus TBC yakni Puskesmas Bangetayu, Puskesmas Ngaliyan, dan Puskesmas Gunungpati.
"Kita targetkan dalam 4 bulan ke depan ada 10 ribu orang diskrining," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang Abdul Hakam.
Berdasarkan data di Dinas Kesehatan Kota Semarang, lanjut Abdul Hakam, jumlah kasus TBC yang berhasil ditemukan sebanyak 3.300 penderita dengan jumlah terbanyak di Kecamatan Gunungpati, Kecamatan Genuk, dan Kecamatan Ngaliyan. Sebagian kasus tersebut telah selesai pengobatan.
Sedangkan sebanyak 2.300 penderita, ungkap Abdul Hakam, belum selesai pengobatan dan diharapkan akan segera selesai ditangani untuk mengurangi dan menekan TBC di Kota Semarang. Bahkan untuk menuntaskan kasus tuberkulosis ini dilakukan skrining tersebut.
"Kita targetkan 10 ribu orang dapat diskrining," imbuhnya.
Selain alat skrining dari pemerintah itu, menurut Abdul Hakam, selain skrining TBC, pihaknya juga akan menggencarkan cek kesehatan gratis (CKG) secara masif seperti di Bangetayu dilakukan swab dan sinar X, sehingga warga tidak perlu datang ke rumah sakit. Karena di tiga puskesmas tersebut telah tersedia peralatannya.
"Ada dua ciri-ciri pasien yang mengarah pada positif TBC yakni batuk yang tak kunjung reda selama dua minggu lebih, berat badan turun, dan nafsu makan turun," ujar Abdul Hakam.
Wali Kota Semarang Agustina Wilujeng Pramestuti secara terpisah mengatakan kasus TBC masih menjadi tantangan besar di daerah ini, sehingga diperlukan penanganan serius dan cepat untuk mewujudkan Kota Semarang zero Tuberkulosis. Bahkan jika sebelumnya selesai pada tahun 2030 akan dipercepat tuntas pasa tahun 2028.
Dalam mempercepat penuntasan TBC, sambung Agustina, Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang bersama Kementerian Kesehatan meluncurkan Studi Pra-Pilot Layanan Satu Atap (One Stop Service/OSS) Tuberkulosis di tiga puskesmas yangvahan berlangsung hingga Desember mendatang.
"Kami ingin Semarang menjadi model kota tangguh dalam penanggulangan TBC, dengan diluncurkannya layanan satu atap ini cukup sekali datang, masyarakat bisa mendapatkan pemeriksaan lengkap secara gratis tanpa harus berpindah tempat," tambahnya. (AS/E-4)