Dulu Pink untuk Laki-Laki, Biru untuk Perempuan: Fakta Unik Sejarah Warna Gender

16 hours ago 2
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online

Liputan6.com, Jakarta - Selama ini, warna pink selalu identik dengan perempuan dan biru disebut sebagai warna khas laki-laki. Namun, ternyata anggapan tersebut tidak berlaku sepanjang sejarah. Di masa lalu, justru anak-anak, baik laki-laki maupun perempuan, tidak dibedakan berdasarkan warna pakaian.

Dilansir dari Smithsonian Magazine, sebelum warna dikaitkan dengan gender, anak-anak pada abad ke-19 umumnya mengenakan gaun putih. Hal ini berlaku untuk semua, tanpa membedakan laki-laki atau perempuan.

Bahkan, potret masa kecil Presiden Amerika Serikat ke-32, Franklin Delano Roosevelt, menjadi bukti sejarah. Pada tahun 1884, saat berusia dua tahun, dia difoto mengenakan gaun putih lengkap dengan sepatu pesta mengilap dan rambut sebahu.

Kala itu, hal tersebut dianggap wajar. Anak laki-laki biasanya memakai gaun hingga usia 6–7 tahun sebelum melalui tradisi yang disebut breeching, yaitu peralihan dari gaun ke celana pendek atau panjang.

Awal Munculnya Identitas Warna

Perubahan besar muncul di awal 1920-an, ketika dunia Barat mulai memisahkan pakaian anak berdasarkan gender. Dari sinilah muncul identitas warna, di mana pink mulai diasosiasikan dengan perempuan dan biru dengan laki-laki.

Padahal, menurut catatan Smithsonian, sebelum tren itu menguat, warna pastel lebih populer untuk bayi, dan pink maupun biru bisa dipakai siapa saja.

Lebih mengejutkan lagi, Infant’s Department edisi Juni 1918 justru menulis sebaliknya: pink untuk laki-laki dan biru untuk perempuan.

“Aturan yang diterima secara umum adalah pink untuk anak laki-laki dan biru untuk anak perempuan. Alasannya, pink lebih kuat dan tegas, cocok untuk anak laki-laki, sementara biru lebih lembut dan manis, cocok untuk anak perempuan,” tulis majalah tersebut.

Warna yang Membingungkan

Meski begitu, aturan warna tidak selalu konsisten. Pada tahun 1927, Time menerbitkan bagan panduan toko besar di Amerika terkait pakaian anak. Hasilnya membingungkan: di Boston, toko Filene’s menyarankan pink untuk anak laki-laki. Hal serupa diikuti Best & Company New York serta Marshall Field’s di Chicago. Namun, toko lain justru berkebalikan.

Menurut Jo B. Paoletti, penulis buku Pink and Blue: Telling the Boys From the Girls in America, fenomena ini muncul bukan karena aturan baku, melainkan tafsir sosial yang terus berubah.

“Warna untuk anak-anak masih netral bahkan sering terbalik hingga pertengahan abad ke-20,” jelas Paoletti.

Namun, tidak semua ahli sepakat. Psikolog Marco Del Giudice dari University of New Mexico dalam studinya tahun 2012 menemukan sebaliknya. Ia menganalisis lebih dari lima juta buku terbitan 1880–1980 dan menemukan banyak contoh standar “biru untuk anak laki-laki” dan “pink untuk anak perempuan”. Hampir tidak ada bukti sebaliknya.

“Hasil ini menunjukkan konsistensi luar biasa dalam pengkodean gender dari waktu ke waktu,” tulis Del Giudice.

Faktor Sosial dan Budaya

Terlepas dari perdebatan tersebut, baik Paoletti maupun Del Giudice sepakat bahwa aturan warna semakin kuat sepanjang abad ke-20. Hal ini mencerminkan preferensi masyarakat Amerika yang kemudian dimanfaatkan produsen pakaian.

Seiring waktu, tren pun berubah. Di era pascaperang, anak laki-laki berpakaian seperti ayahnya, sementara anak perempuan mengikuti gaya ibunya. Namun, pada 1960–1970-an, gerakan feminisme sempat mengguncang aturan ini.

“Jika kita mendandani anak perempuan lebih seperti anak laki-laki dan bukan gadis kecil dengan pita, mereka akan punya lebih banyak pilihan dan merasa lebih bebas aktif,” tulis Paoletti.

Tak heran, pada periode itu, katalog toko besar seperti Sears bahkan sempat tidak memuat baju pink untuk balita. Namun, sejak 1980-an, teknologi tes jenis kelamin bayi sebelum lahir membuat produsen gencar memasarkan produk khusus bayi perempuan dan bayi laki-laki—mulai dari pakaian, popok, hingga kereta dorong.

Tren Bergeser Lagi

Kini, tren mulai bergeser lagi. Berdasarkan survei Time, sebanyak 51 persen Generasi Z percaya ada lebih dari dua gender. Hal ini berpengaruh pada industri fashion.

Shawn Carter, pakar manajemen bisnis mode di Fashion Institute of Technology, New York City, mengatakan kepada CNN pada 2021, “Fashion mencerminkan budaya dan keyakinan politik suatu generasi.”

Ia menambahkan, “Jika peritel tradisional seperti Nordstrom dan Saks ingin bertahan, mereka harus mencerminkan sistem nilai generasi ini untuk mendapatkan loyalitas seumur hidup.”

Foto Pilihan

Murid sekolah dasar diperiksa mulut dan giginya saat kegiatan Cek Kesehatan Gratis (CKG) di SD Prestasi Global, Depok, Jawa Barat, Senin (4/8/2025).
Read Entire Article