Moskow (ANTARA) - India telah memberlakukan status siaga tinggi di wilayah perbatasan akibat kerusuhan di Nepal, lapor stasiun penyiaran India Today pada Selasa.
Wilayah Panitanki dan Bengal Barat yang berada di perbatasan antara India dan Nepal telah ditempatkan dalam status siaga tinggi di tengah kerusuhan yang terjadi di Kathmandu, menurut laporan stasiun penyiaran tersebut.
Selain itu, satu pos polisi tambahan juga telah didirikan di perbatasan, lanjutnya.
Langkah-langkah tersebut bertujuan untuk meningkatkan pemantauan terhadap pergerakan lintas batas dan perkembangan situasi, tambah stasiun penyiaran itu.
Baca juga: Pemerintah Nepal batal blokir media sosial
Akhir pekan lalu, otoritas Nepal melarang operasi sejumlah platform media sosial utama yang gagal mendaftar ke Kementerian Komunikasi dan Teknologi Informasi dalam jangka waktu yang ditentukan. Media tersebut yakni Meta (jejaring sosial Facebook, Instagram, WhatsApp, Alphabet (YouTube), X (dulunya Twitter), Reddit dan LinkedIn.
Pejabat senior dari Partai Komunis Nepal (Maoist Center), partai oposisi utama di Parlemen, Hit Raj Pandey menyebutkan bahwa keputusan tersebut tidak dapat diterima dan memperingatkan bahwa penutupan akses terhadap media sosial dapat menyebabkan kekacauan di negara tersebut.
Protes massal di Nepal itu sebagian besar melibatkan generasi muda, yang dijuluki media sebagai "Revolusi Gen Z".
Aksi unjuk rasa mulai berlangsung di Ibu Kota Nepal pada Senin (8/9) dan telah menyebar ke sejumlah kota besar di seluruh Nepal.
Menyusul protes masal yang menelan korban jiwa, Menteri Komunikasi dan Teknologi Informasi Nepal, Prithvi Subba Gurung mengatakan bahwa pemerintah telah mencabut keputusannya untuk melarang media sosial setelah dilakukan rapat kabinet darurat.
Sumber: Sputnik/RIA Novosti-OANA
Baca juga: Demonstran Nepal duduki gedung parlemen
Baca juga: Oposisi Nepal desak PM mundur di tengah aksi protes blokiran medsos
Baca juga: Bentrokan berdarah di Nepal tewaskan 19 orang, militer diterjunkan
Penerjemah: Kuntum Khaira Riswan
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.