Keluar Lendir Seperti Putih Telur Tanda Apa? Berikut Penjelasannya

Liputan6.com, Jakarta Setiap perempuan pasti pernah mengalami perubahan pada cairan atau lendir yang keluar dari organ intimnya. Perubahan ini sering kali menimbulkan rasa penasaran sekaligus kekhawatiran, terutama jika jumlahnya lebih banyak dari biasanya atau memiliki tekstur tertentu. Salah satu bentuk lendir yang kerap diperhatikan adalah cairan bening, licin, dan elastis mirip putih telur mentah.

Fenomena ini sebenarnya bukanlah hal asing dalam dunia kesehatan reproduksi perempuan. Banyak pakar menyebut lendir ini sebagai egg white cervical mucus (EWCM) atau lendir serviks seperti putih telur. Kehadiran lendir ini kerap menjadi pertanda penting, terutama yang berkaitan dengan masa subur dan kesehatan reproduksi.

Namun sebagian perempuan mungkin bingung, apakah lendir ini menandakan ovulasi, tanda kehamilan, atau justru indikasi masalah kesehatan? Untuk itu, penting memahami arti keluarnya lendir putih telur, penyebab, serta langkah yang tepat dilakukan agar tidak salah persepsi. Berikut ulasan Liputan6.com tentang keluar lendir seperti putih telur tanda apa, Kamis (4/9/2025).

Menurut laman Morula IVF Indonesia, lendir serviks seperti putih telur merupakan salah satu indikator utama fase ovulasi dalam siklus menstruasi. Cairan ini muncul karena pengaruh hormon estrogen yang meningkat menjelang pelepasan sel telur. Karakteristik utamanya adalah jernih, licin, elastis, dan dapat ditarik seperti benang, menyerupai putih telur mentah.

Cleveland Clinic menjelaskan bahwa pada masa ovulasi, lendir ini berfungsi memfasilitasi pergerakan sperma menuju sel telur. Teksturnya yang licin membantu sperma bertahan lebih lama dalam rahim sekaligus meningkatkan peluang terjadinya pembuahan.

Beberapa ciri khas EWCM:

• Tekstur: Licin, elastis, dan mudah ditarik.
• Warna: Bening atau sedikit keruh.
• Jumlah: Lebih banyak dibanding fase lain dalam siklus.

Menurut Healthline, kehadiran lendir putih telur ini adalah tanda tubuh sedang berada pada masa subur. Maka, bagi perempuan yang sedang merencanakan kehamilan, ini adalah momen terbaik untuk berhubungan intim. Sebaliknya, bagi yang ingin menunda kehamilan, fase ini perlu diwaspadai.

Selain sebagai indikator kesuburan, lendir serviks juga memiliki fungsi menjaga keseimbangan pH vagina, melindungi dari infeksi, serta menjadi penghalang alami bagi bakteri berbahaya.

Perubahan lendir sangat dipengaruhi oleh siklus menstruasi dan hormon yang bekerja di dalam tubuh. Mengutip Morula IVF dan Time to Conceive (med.unc.edu), berikut gambaran umumnya:

1. Fase Menstruasi

Hampir tidak ada lendir yang terlihat karena tubuh sedang meluruhkan lapisan rahim.

2. Fase Folikular (sebelum ovulasi)

Lendir mulai muncul, biasanya tebal, lengket, dan berwarna putih atau keruh.

3. Fase Ovulasi

Lendir berubah menjadi jernih, elastis, licin, menyerupai putih telur mentah. Ini adalah tanda puncak kesuburan.

4. Fase Luteal (setelah ovulasi)

Estrogen menurun, lendir kembali mengental, jumlahnya berkurang, dan tidak lagi elastis.

Faktor yang Mempengaruhi Lendir Putih Telur

Tidak hanya siklus menstruasi, beberapa faktor lain juga memengaruhi lendir serviks, di antaranya:

• Kehamilan: Produksi lendir meningkat, biasanya berwarna putih susu dan lebih kental.
• Kontrasepsi hormonal: Pil atau implan KB dapat mengurangi jumlah lendir atau membuatnya lebih tebal.
• Infeksi: Jika lendir berubah warna menjadi kuning, hijau, atau berbau, bisa jadi tanda infeksi jamur, bakteri, atau penyakit menular seksual.
• Kondisi kesehatan tertentu: Misalnya endometriosis atau sindrom ovarium polikistik (PCOS) yang dapat mengganggu pola lendir serviks.

Keluar lendir seperti putih telur pada umumnya adalah normal dan merupakan tanda tubuh sedang berovulasi. Namun, ada beberapa hal yang perlu dilakukan:

1. Amati Pola Lendir Secara Rutin: Seperti dijelaskan dalam Time to Conceive, mencatat perubahan lendir dapat membantu mengenali masa subur. Perhatikan warna, tekstur, dan sensasi di area vagina (kering, lembap, atau licin).
2. Gunakan Sebagai Panduan Kesuburan: Jika sedang program hamil, fase dengan lendir putih telur adalah waktu terbaik berhubungan. Namun jika ingin menunda, sebaiknya gunakan kontrasepsi tambahan.
3. Perhatikan Tanda Bahaya: Jika lendir disertai bau menyengat, perubahan warna menjadi kuning/hijau/abu-abu, gatal, atau nyeri, segera periksa ke dokter. Ini bisa jadi indikasi infeksi atau gangguan reproduksi.
4. Jaga Kebersihan Area Kewanitaan: Gunakan pakaian dalam berbahan katun, hindari penggunaan sabun berpewangi, dan lakukan pembersihan dengan cara yang benar (dari depan ke belakang).
5. Konsultasi dengan Tenaga Medis: Jika ada kekhawatiran, misalnya jumlah lendir terlalu banyak atau siklus tidak teratur, berkonsultasilah dengan dokter kandungan untuk evaluasi lebih lanjut.

1. Apakah semua perempuan mengalami lendir putih telur saat ovulasi?

Tidak selalu. Ada perempuan dengan lendir subur lebih sedikit atau tidak terlalu terlihat, tetapi hal ini masih dianggap normal.

2. Bagaimana membedakan lendir subur dengan cairan karena infeksi?

Lendir subur jernih, licin, dan tidak berbau. Sedangkan lendir akibat infeksi biasanya berbau, berwarna kuning/hijau, dan disertai rasa gatal atau nyeri.

3. Apakah lendir putih telur bisa menjadi tanda kehamilan?

Tidak secara langsung. Namun, beberapa perempuan hamil mengalami peningkatan lendir yang lebih kental dan berwarna putih susu.

4. Bisakah pola lendir serviks dijadikan metode kontrasepsi alami?

Ya, dikenal sebagai metode Billings, yaitu memantau lendir untuk menghindari atau merencanakan kehamilan. Namun, efektivitasnya bergantung pada konsistensi pengamatan.

5. Kapan harus khawatir dengan perubahan lendir serviks?

Jika lendir berubah warna (kuning, hijau, abu-abu), berbau menyengat, disertai gatal atau nyeri, segera konsultasi ke dokter.