INFO NASIONAL - Direktur Pemberdayaan Zakat dan Wakaf (Dirzawa) Kementerian Agama RI, Waryono Abdul Ghofur mengajak para amil Unit Pengumpul Zakat (UPZ) BAZNAS untuk memperkuat profesionalisme dalam pengelolaan zakat, guna meningkatkan kesejahteraan umat dan menekan angka kemiskinan di Indonesia. Menurut dia, zakat merupakan instrumen strategis yang dapat menjadi solusi berkelanjutan untuk membantu jutaan masyarakat miskin di Indonesia.
Karena itu, peran amil tidak bisa dipandang sebelah mata. "Kerja-kerja amil merupakan pekerjaan yang sangat mulia. Tidak hanya sebatas tugas amil yang mengambil dan menjemput zakat, tetapi juga pada dampak besar yang dirasakan oleh para mustahik, khususnya fakir dan miskin yang jumlahnya hari ini masih sekitar 24 juta jiwa," kata Waryono, dalam sambutannya pada Pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) UPZ BAZNAS, di Bogor, Jawa Barat, Selasa, 9 September 2025.
Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca
Dia menegaskan, ini adalah pekerjaan rumah (PR) besar bagi semua pihak, yakni bagaimana zakat bisa memberikan dampak nyata dan berkelanjutan. Sebab, menurut dia, potensi zakat di Indonesia masih sangat besar. Namun, realisasi penghimpunannya belum optimal sehingga perlu kerja keras dan sinergi antara UPZ, Lembaga Amil Zakat (LAZ), maupun BAZNAS.
Karena itu, Waryono melanjutkan, pengelolaan zakat harus dilakukan secara profesional, akuntabel, dan transparan agar publik semakin percaya. “Kalau kita sudah mendapatkan kepercayaan masyarakat, maka masyarakat akan dengan semangat menyalurkan zakatnya melalui UPZ BAZNAS,” ujarnya.
Dia menyampaikan, amanah Presiden Prabowo yang berulang kali menekankan bahwa kemerdekaan sejati baru akan terwujud jika Indonesia mampu menghapus kemiskinan. "Instrumen untuk menghilangkan dan mengurangi angka kemiskinan itu diamanatkan kepada kita semua melalui zakat," kata Waryono.
Waryono juga menyinggung arahan Menteri Agama RI yang mendorong agar pengelolaan dana sosial keagamaan lebih optimal. Menurut dia, selain zakat, potensi dana sosial keagamaan juga mencakup wakaf, infak, dan sedekah. “Ketika pengumpulannya lebih banyak, hampir pasti manfaatnya juga lebih besar,” ujarnya.
Itu sebabnya, Waryono melanjutkan, Kementerian Agama mengajak para amil, untuk bersama mengelola amanah ini dengan tingkat profesionalisme yang tinggi. "Tentu di antaranya ditunjukkan dengan kerja-kerja yang akuntabel, yang transparan, sehingga kemudian publik percaya kepada kita."
Waryono mengatakan, dengan kebersamaan, dan profesionalisme yang tinggi, cita-cita untuk mengumpulkan zakat sesuai dengan hitungan potensial itu akan menjadi kenyataan. Waryono juga memberikan apresiasi kepada para penggerak zakat yang terus berkhidmat untuk umat.
“Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada para amil yang telah berjuang dalam perjalanan ini. Terus memberikan khidmah melalui pergerakan zakat, dan juga mungkin sebagiannya melalui wakaf,” ujarnya.
Waryono pun mengingatkan sabda Nabi Muhammad SAW bahwa sebaik-baik manusia adalah yang memberi manfaat bagi sesama. Menurut dia, pesan tersebut relevan untuk peran amil zakat sebagai jembatan antara kaum kaya dan miskin. “Yang kaya tidak sombong, yang miskin pun tidak minder. Dan yang menjadi jembatan antara keduanya adalah para amil."
Dia berharap agar forum rapat kerja UPZ menghasilkan rekomendasi strategis yang benar-benar bermanfaat. Menurutnya, manfaat itu tidak boleh berhenti pada amil semata, melainkan harus dirasakan langsung oleh masyarakat yang menantikan peran UPZ. “Indikator utamanya adalah penurunan angka kemiskinan, dan ini harus menjadi komitmen kita semua,” kata dia. (*)