REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG — Program dokter spesialis keliling (speling) Pemerintah Provinsi Jawa Tengah telah mendeteksi setidaknya 6,7 persen orang mengalami gangguan kejiwaan dari 37 ribu warga yang sementara ini telah terlayani program tersebut. Kepala Dinas Kesehatan Jateng Yunita Dyah Suminar di Semarang mengatakan masalah kejiwaan pada masyarakat yang ditemukan, baik kategori ringan, sedang, maupun berat menjadi salah satu perhatiannya.
Menurut dia, program speling menjadi salah satu cara untuk mendeteksi persoalan tersebut hingga ke desa-desa, dipadukan dengan program Cek Kesehatan Gratis (CKG).
"Melalui program CKG dikombinasikan dengan speling ternyata kami bisa melihat banyak kasus kesehatan jiwa yang tidak terdeteksi awalnya," katanya, di sela peresmian Gedung Rawat Inap RSJD dr Amino Gondohutomo Semarang, Kamis (31/7/2025).
Melalui program tersebut, kata dia, masyarakat dilakukan pemeriksaan atau skrining lebih dahulu, dan setelah diketahui keluhan dan gejalanya, langsung diarahkan ke dokter spesialis, di antaranya ada dokter spesialis kejiwaan.
"Begitu skrining ada depresi ringan, sedang atau berat, mereka langsung bisa ketemu dokter spesialis jiwa. Itulah bukti kolaborasi program ini bisa mengefisienkan anggaran, sisi lain kita bisa mendapatkan angka-angka berkaitan masalah kesehatan, termasuk kesehatan jiwa," katanya.
Yunita mengatakan perhatian terkait kesehatan mental tersebut juga menyasar pada generasi muda, sehingga dalam program speling maupun CKG ada target khusus untuk menjangkau sekitar 10 persen sasaran adalah masyarakat umur tujuh tahun ke atas.
Hasil pemeriksaan diketahui bahwa anak-anak di sekolah cukup banyak yang mengalami gangguan jiwa ringan, sedang, dan berat.
Ia mencontohkan kasus di salah satu SMA yang tersentuh program tersebut. Dari 150 anak yang diperiksa, ada sekitar 30-an anak yang terdeteksi mengalami gangguan kejiwaan.
"Maka, ada program Mental Health First Aid (MHFA) yang dilakukan. Jadi, ada kader yang mendengar keluhan temannya. Itu dimulai dari SD, SMP, SMA," katanya.
MHFA tersebut untuk menyikapi kecenderungan anak yang lebih suka curhat kepada temannya daripada orangtua, sehingga program itu menjadi wujud kewaspadaan untuk melihat kasus-kasus kesehatan jiwa dari yang sangat ringan.
"Anak yang tadinya ceria menjadi murung, anak yang tadinya terbuka menjadi tertutup. Ini menjadi kewaspadaan kita semua," katanya.
Ada beberapa faktor penyebab kesehatan jiwa pada anak, kata Yunita, di antaranya kurangnya perhatian dari orangtua, karena terlalu asyik dengan gawai, kondisi sosial-ekonomi, kemudian pergaulan.
Sementara itu, Gubernur Jateng Ahmad Luthfi mengatakan bahwa dokter-dokter spesialis yang diturunkan melalui program speling memang untuk memberikan pelayanan kesehatan gratis di tingkat desa, karena selama ini masih banyak masyarakat desa belum paham betul tentang dokter spesialis.
Program speling bekerja sama dengan rumah sakit milik daerah maupun swasta yang secara bersama-sama memberikan pelayanan dokter spesialis yang sudah tersebar di 35 kabupaten/kota.
sumber : ANTARA