KETUA Komunitas Nelayan Cilincing, Jakarta Utara, Danu Ali, menyatakan nelayan di wilayahnya terdampak serius oleh pembangunan tanggul dan pelabuhan yang dikerjakan PT Karya Citra Nusantara (KCN). Ia menyebut hasil tangkapan ikan berkurang hingga 70 persen sejak proyek berlangsung.
“Dengan adanya tanggul yang sekarang ini, nelayan dirugikan. Karena harus memutar, setidaknya bahan bakar bertambah. Proses pelaksanaan pembangunan itu juga mengurangi hasil tangkap sampai sejauh itu,” kata Danu dalam konferensi pers di PT KCN, Cilincing, Jakarta Utara pada Jumat, 12 September 2025.
Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca
Meski begitu, Danu menekankan komunitasnya tidak memilih jalur demonstrasi untuk menyampaikan aspirasi. Menurut dia, nelayan lebih mengutamakan dialog dengan didampingi Dinas Kelautan, Perikanan, dan Ketahanan Pangan (KPKP) DKI Jakarta. “Untuk demo? Untuk apa demo? Mari kita ajak untuk diskusi,” ujarnya.
Danu juga menanggapi video viral di media sosial yang menarasikan nelayan Cilincing kehilangan ruang tangkap akibat tanggul KCN. Ia menyebut pengunggah video itu bukan bagian dari komunitas nelayan, melainkan pemancing. “Itu bukan nelayan, Pak. Itu pemancing. Orang mancing. Dan itu bisa dikatakan hanya wisatawan,” kata dia.
Dalam pertemuan dengan KCN, Danu menuturkan nelayan telah menyampaikan kerugian yang dialami, termasuk biaya tambahan bahan bakar hingga rusaknya alat tangkap. Selain itu, nelayan pesisir yang mengandalkan bagan tanam paling terdampak, karena tidak bisa berpindah lokasi ketika kualitas air menurun. “Kalau air kotor, ya pasrah. Hasil tangkap sudah bisa dibayangkan,” katanya.
Danu mengingatkan, problem nelayan Cilincing tidak semata disebabkan proyek tanggul, tetapi juga pencemaran dari limbah industri dan rumah tangga yang bermuara di laut. “Baling-baling rusak, kena sampah, tambang, itu semua dampak dari limbah. Kita semua harus akui,” ucapnya.
Menurut Danu, nelayan ada lebih dulu jauh sebelum pelabuhan KCN berdiri. Karena itu, ia meminta agar solusi dampak sosial dan lingkungan dari pembangunan pelabuhan benar-benar memperhitungkan keberlanjutan hidup komunitas nelayan.
Direktur Utama PT Karya Citra Nusantara (PT. KCN) Widodo Setiadi sebelumnya telah menjelaskan tanggul yang viral dan jadi sorotan publik akhir-akhir ini. Ia mengatakan tembok panjang yang berdiri dari pesisir laut hingga 3 kilometer itu bukanlah tanggul beton. Widodo mengatakan tembok panjang itu merupakan bagian dari pembangunan pelabuhan.
“Boleh dibilang proyek (pelabuhan) ini baru 70 persen. Ada pier 1 yang sebelah kiri, ada pier 2 yang di tengah dan baru akan selesai tahun 2025 dan pier 3 yang sekarang ramai katanya ada tanggul beton,” ujar Widodo dalam konferensi pers di PT KCN, Cilincing, Jakarta Utara pada Jumat, 12 September 2025. “Itu kalau dilihat merupakan bagian dari pembangunan pelabuhan.”
Widodo menyebut PT KCN bakal memperhitungkan kerugian ekonomi yang dialami nelayan akibat proyek pelabuhan tersebut. Dia belum bisa memastikan ganti rugi seperti apa yang akan diberikan kepada nelayan.
“Kami masih minta datanya dulu. Kami tidak mau memberikan kepada nelayan yang bukan nelayan Cilincing. Kalau dia dari Karawang atau daerah lain, tidak di dekat kawasan sini, kami enggak mau juga,” ujarnya.